“Aku main ke rumah Lia dulu ya, pulangnya gatau jam berapa,” kata seorang remaja pada ibunya. Jika sobat Grafo ada di kondisi tersebut, apa yang akan dilakukan? Sebagai orangtua, kadang kala sobat Grafo kesulitan dengan sifat anak yang mulai membangkang dan labil. Pada dasarnya, anak yang memasuki usia 12-18 tahun dikategorikan sebagai remaja. Masa remaja dikenal sebagai masa mencekam untuk para orangtua. Mencekam? Kok bisa?
Remaja adalah masa dimana anak baru sekilas melihat dunia luar. Mereka masih mencari siapa jati dirinya. Sifatnya dikenal labil dan egois. Walau begitu, masa remaja adalah masa yang paling indah untuk dikenang. Masa dimana sobat grafo masih bisa membangkang dan meminta pertolongan dari orang dewasa. Tapi kadang kala sifat-sifat tersebut membuat para orangtua geram dan kesal. Yuk kenal dengan berbagai karakter remaja dan cara mengatasinya dari sisi psikologi :
1. Jadi Patner dengan Anak untuk Atasi Peer Relations
Masa peer relations adalah masa dimana anak suka membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Jika anak sudah memasuki masa ini, ada rasa tidak mau mengalah yang cukup besar sehingga anak jadi ingin lebih daripada yang lain. Ego muncul dan akhirnya anak jadi ingin memiliki apa yang temannya punya atau pakai.
Sobat grafo mungkin akan merasa risau anaknya akan merasa tertandingi dalam hal negative. Untuk itu, sebagai orangtua sobat grafo harus bisa memahami bukan mendikte. Kadang, ketika anak mulai bercerita orangtua langsung memberikan kritik dan masukan tanpa mencoba memahaminya. Ada baiknya jika orangtua menjadi patner untuk anak sehingga nantinya ketika ada masalah anak akan datang ke orangtua dahulu bukan teman-temannya.
2. Rangkul Anak saat Stress Periode
Mereka sudah memiliki pola pikir yang cukup matang, dan ada kalanya mereka memikirkan hal-hal yang cukup membuat cemas. Masa depan, permasalahan jati diri, permasalahan dengan teman, dan banyak hal lain yang bisa memicu stress pada remaja.
Ketika anak sedang mengalami masa tersebut orangtua harus merangkul dan menenangkan anak dengan cara yang lebih logis. Saat kecil, anak bisa ditenangkan dengan bualan-bualan membangun. Berbeda dengan anak usia remaja yang pola pikirnya sudah terbentuk dan bisa menilai mana jawaban yang realistis dan tidak.
3. Mencari Jati Diri, Tak Bisa di Prediksi
Ini adalah masa dimana anak labil akan pilihannya sendiri. Tak hanya labil, tapi anak mulai mencoba banyak hal baru, mulai dari hal positif hingga negative. Maka bisa dilihat, kalau masa remaja adalah masa dimana anak tiba-tiba berubah menjadi seorang berandalan atau bahkan menjadi lebih diam.
Inilah sebabnya mengapa dalam grafologi, tulisan remaja belum bisa dipantau untuk jangka waktu panjang. Namun tetap bisa melihat karakter remaja lebih cocok kearah mana. Karena tidak bisa diprediksi, orangtua juga sulit untuk menghadapi anak pada masa-masa ini. Sobat grafo sebagai orangtua hanya bisa menemani kemana arah pergaulan anak sehingga tidak salah memilih pergaulan.
Remaja memang masa yang menyenangkan bagi yang mengalami, tapi tidak bagi yang menghadapi. Sebagai orangtua, sobat grafo harus tetap menjaga dan membimbing anak sesuai masa yang sedang dihadapi dengat tepat agar kedepannya anak lebih dekat dengan keluarga. Namun, jika masih merasa kesulitan sobat grafo bisa mencoba sedikit membaca karakter anak lewat tulisan melalui grafologi. Cari tahu informasi mengenai grafologi di grafologiindonesia.com. Temukan informasi terkait pelatihan grafologi atau informasi mengenai psikologi.