Pada tanggal 13 Oktober tahun ini, dunia memperingati Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day). Awal mula hari peringatan ini adalah pembentukan Lions Clubs International oleh Melvin Jones pada 1917. Pada awalnya, Lions Club International didirikan sebagai respon permasalahan sosial akibat Perang Dunia I.
Ketika Helen Keller, seorang aktivis difabel, melakukan pidato pada 1925 dalam sebuah Konvensi Internasional, ia menantang Lions Clubs International untuk menjadi “knights of the blind” atau ksatria bagi tunanetra. Sejak itu, Lions Clubs International mulai memperbanyak program yang berhubungan dengan tunanetra.
Salah satu program tersebut adalah kampanye SightFirst pada 1990 dengan tujuan untuk melawan kebutaan, khususnya yang disebabkan oleh trakoma. Sebanyak 448 juta tunanetra terdampak positif melalui kampanye ini.
Beberapa tahun sesudahnya, pada 1998, barulah Hari Penglihatan Sedunia dimulai pertama kali oleh Lions Clubs International bersama International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Peringatan ini bertujuan untuk mengampanyekan isu kebutaan dan masalah lain terkait penglihatan.
Sebetulnya, tidak ada tanggal tetap mengenai peringatan ini, melainkan hanya ketentuan untuk merayakan setiap hari Kamis minggu kedua di bulan Oktober. Salah satu program lain dari Lions Club International adalah “Share the Vision” dengan membawa pesan utama bahwa mata merupakan jendela dunia.
Penglihatan dapat didefinisikan dari berbagai perspektif, berikut ini beberapa perspektif ‘melihat’ dari berbagai sudut pandang.
1. Melihat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikannya sebagai penggunaan mata untuk memandang atau memperhatikan; perspektif astrologi menilai melihat sebagai bentuk penerawangan nasib seseorang di masa yang akan datang.
2. ‘Melihat’ dari perspektif Sosiologi
Perspektif sosiologi menilai bahwa melihat adalah cara pandang yang digunakan oleh seseorang untuk memahami gejala yang terjadi yang didasarkan pada keyakinan seseorang yang sedang mempelajari objek tertentu.
3. ‘Melihat’ dari perspektif Komunikasi
Berbdeda dengan sudut pandang yang lainnya. Perspektif komunikasi mengartikannya sebagai penglihatan wawasan yang dimiliki manusia ketika ingin memilih beberapa aturan komunikasi yang berkaitan dengan kehidupannya.
4. ‘Melihat’ dari perspektif Grafologi
Adapun Perspektif grafologi mempersepsikannya dengan melihat kepribadian seseorang lewat tulisan tangan yang biasanya digunakan untuk berbagai tujuan mulai dari membaca kepribadian seseorang, hingga penyelidikan kasus kriminalitas.
Perspektif grafologi ini diresapi, dipelajari, dan dikenalkan ke berbagai kalangan oleh LKP Grafologi Indonesia yang merupakan tempat belajar ilmu grafologi terlengkap di Indonesia dengan mengungkap rahasia di balik tulisan tangan. Sebagaimana Lions Club International, LKP Grafologi Indonesia pun mendukung isu terkait masalah penglihatan. Lebih jauh lagi, LKP Grafologi Indonesia percaya bahwa mata tidak hanya jendela dunia, tetapi juga jendela jiwa.
Saat ini, LKP Grafologi Indonesia sedang membuka kelas untuk program beginner. Tentunya, LKP Grafologi Indonesia akan membimbing untuk dapat mengungkap rahasia di balik tulisan tanganmu. Kelas beginner ini dapat dipelajari semua orang walaupun tidak memiliki background psikologi. Karena nanti, program ini akan diajarkan secara step by step dengan pengarahan materi belajar yang dikemas secara sistematis dan mudah untuk dicerna untuk membantumu melihat jendela jiwa.
Program beginner ini akan dilaksanakan pada tanggal 17-19, 24-26 Oktober 2022 (sebanyak 6x pertemuan). Masih ada kesempatan untukmu daftar program beginner ini loh! Yuk segera daftarkan dirimu, dan lihatlah jendela jiwamu!
Klik link dibawah ini untuk pendaftarannya ya!
https://grafologiindonesia.com/belajar-grafologi-beginner/
Alika Salsabila – Nur Hidayah