Setiap orang tentu pernah merasa sedih, terluka, atau terkena masalah yang berat. Namun, ada yang khas ketika membicarakan kesedihan perempuan. Sering kali saat mereka bercerita, kita tergesa-gesa memberi solusi. Padahal, belum tentu mereka butuh.
ini bukanlah tindakan tidak tahu terima kasih atau mendramatisir keadaan yang banyak orang keluhkan. Namun, hal ini berangkat dari dalam diri mereka. Dan untuk mengenalinya, kita perlu memahami lahiriah perempuan itu seperti apa.
Fitrahnya Seorang Perempuan
Sewaktu perempuan mendapatkan masalah, maka kosakata yang setiap hari tersedia akan membentuk cerita-cerita yang ingin mereka perdengarkan pada orang-orang yang dipercayanya. Entah itu teman, keluarga, atau pasangan.
Respon yang mereka inginkan pun tidak muluk-muluk. Tidak perlu solusi panjang yang berlarut-larut atau yang lebih buruk, diremehkan karena dirasa masalahnya tak terlalu besar. Yang perempuan inginkan cukup didengarkan, ditemani, lalu diperhatikan.
Biasanya, perempuan bisa jadi pemendam masalah yang ahli. Namun ketika mereka merasa aman, kata-kata mengalir deras. Semakin ditanyai, semakin banyak pula cerita yang mereka beri.
Perempuan Tidak Butuh Solusi
Mereka tak membutuhkan solusi segara, berbeda dengan laki-laki yang fitrahnya adalah menjauhi keramaian dan mundur ke zona amannya untuk memikirkan berbagai opsi bisa mereka ambil.
Baca juga tentang alasan kenapa laki-laki menyendiri di sini.
Pendekatan yang harus dilakukan ketika perempuan tengah berada dalam masalah atau kesedihan sangatlah berbeda dengan laki-laki. Mereka butuh sosok yang hadir tanpa menghakimi atau segera memberi solusi.
Perempuan Butuh Sosok yang Hadir
Coba bayangkan: seorang perempuan yang sedang berjuang menghadapi beban pikiran sekaligus ganasnya kehidupan, tidak memiliki seseorang yang benar-benar hadir untuk mendengarkan. Kata-kata seperti “Iya, gapapa. Jangan banyak dipikirkan” justru membuat hatinya makin terasing.
Perasaan ingin ditemani saat sedih atau butuh sosok teman saat keadaan tidak baik-baik saja, tidak menandakan sosoknya lemah. Tetapi, hal ini menjadi ekspresi murni dari hati yang memerlukan ketulusan.
Lahiriah perempuan memang lekat dengan kehangatan dan kedekatan emosional. Menolak kebutuhan ini sama saja memungkiri sisi manusiawi yang paling murni.
Kesalahpahaman yang Bisa Terjadi
Barangkali sebagai laki-laki, kita tidak mengerti mengapa sangat sulit bagi perempuan untuk paham bahwa laki-laki ingin menyendiri dulu. Tanpa teks, tanpa telepon, tanpa gangguan. Laki-laki mungkin menganggap mereka tidak peka karena tetap saja mendekat saat sudah menunjukkan gejala.
Tetapi memang begitulah lahiriahnya. Dengan perasaannya yang tulus, perempuan mendekati pasangannya. Meminta untuk bercerita karena itu yang membuatnya terasa nyaman dan kembali aman.
Perbedaan ini tak menjadikannya akar dari setiap masalah. Komunikasi selalu punya peran antara dua manusia untuk saling bercakap-cakap dan bertukar. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi lebih dalam antar pasangan agar terhindar dari masalah mendatang.
Hal Terpentingnya Sekarang
Penting bagi kita untuk kembali saling memahami: perempuan dengan kehadiran yang menjadi hadiah terbesar. Laki-laki bersama kesendiriannya untuk membantu semakin dewasa. Keduanya tak perlu tindakan heroik berlebihan.
Dengan saling bertukar pikiran dan saling memahami perasaan, perlahan keduanya akan kembali sembuh dan hubungan pun akan semakin membaik seiring berjalannya waktu.
Jika kamu seorang pasangan, sahabat, atau kerabat, belajarlah untuk hadir tanpa tergesa-gesa ingin menyelesaikan masalah perempuan. Karena seperti fitrahnya, mereka ingin tahu bahwa ada teman yang siap menemaninya.
Ingin tahu lebih lanjut soal pasanganmu? Dapatkan bukunya hanya di Grafologi Indonesia dengan mengunjungi di https://grafologiindonesia.com/buku-psikologi-pasangan/.